Miris sekali, melihat anak kecil yang seharusnya berada di sekolah sudah menemukan kehidupan orang seperti biasanya, hal itu menimbulkan beberapa pertanyaan, kemana orang tua mereka? Apakah negeri ini tidak bisa menolong mereka?.
Apakah mereka sudah nyaman membawa ember kecil dipinggir jalan sambil menengadah atau mereka melakukannya karena tuntutan hidup. Isu-isu yang belum ada tuntasnya bahkan bukan hanya sekedar isu, setiap hari berlalu lantah dari kanak-kanak sampai usia tua menengadah membawa ember dengan berbagai macam kemampuan yang mereka lakukan, sepertinya hutang paling besar negeriku bukan uang tapi perlakuan.
Polemik-polemik terjadi berhamburan sehingga sulit untuk menuntaskan secara keseluruhan, menyisakan banyak pertanyaan dimana-mana, ketidak pastian terus diwanti-wantikan kejelasannya oleh yang bersangkutan tapi mereka sepertinya berharap berlebihan yang ada hanya kekecewaan.
Semakin meruak pemberontakan terhadap kelaparan hingga mendorong hati untuk tidak memakai perihal baik dan buruk, melupakan antara yang dibolehkan dan tidak dibolehkan, yang penting adalah bagaimana untuk bisa bertahan hidup. Miris sekali dengan kekayaan yang seharusnya mendominasi malah justru sebaliknya, tidak dapat menjadi dominasi yang seharusnya dimiliki hanya sebatas dalam ilusi, berkatilah negeri dengan para pendiskusi yang benar-benar memprihatinkan negeri bukan karena basa-basi.
Padamu negeri..
Jika bukan kepadamu untuk penengadah sang negeri mereka harus meminta kepada siapa, negeri orang lain tidak akan sukarela menerima rakyat negeri lain begitu mudahnya seperti memberi bagian miliknya, mereka harus kamu perjuangkan meski mereka menyusahkanmu selama ini. Terlampau begitu banyak polemik-polemik milik negeri tetap saja kemiskinan masih saja menjadi topik inti di berbagai permasalahan negeri-negeri.
Untukmu negeri..
Mereka akan berjuang untuk negeri meski mereka seperti tidak diminati untuk berkontribusi dalam kancah institusi setidaknya para pejabat berdasi harus berterimakasih pada mereka, adanya mereka selalu memberi peringatan bahwa negeri ini masih harus terus direvisi agar tidak ada lagi orang-orang yang merasa disakiti dan tidak dilayani semestinya, negeri ini tidak boleh melupakan mereka yang berada diblusukan. Bagaimanapun mereka akan meminta milik mereka yang dicuri yang seharusnya diberikan negeri untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Ini bukan hanya hutang pribadi tapi menjadi hutang publik untuk diatasi secara mesti bukan hanya duduk diforum diskusi, setidaknya harus ada perkembangan untuk melangkah lebih maju lagi bukan hanya duduk berdiam diri meratapi sesuatu yang tidak pasti, karena itu bukan sebuah solusi.
Sebatang rokok di sepertiga malam menjadi penenang diri, sambil lalu mencari kehidupan sehari-sehari.
Suatu malam aku duduk sendiri didepan menghadap jalan yang sepi, lalu seketika lewat seorang laki-laki diselimuti keheningan malam dengan begitu santainya menarik gerobak ditemani sebatang rokok yang baru dibakarnya, mungkin dia bawa dari tempat berangkatnya. Tak habis pikir, seharusnya bapak itu masih Bersama dengan keluarga kecilnya menikmati malam yang sepi untuk mengembalikan kebugaran tubuhnya yang Lelah dari pagi hari. Ternyata apa, berangkat dimalam hari sudah menjadi hal yang digeluti bapak itu untuk menghidupi keluarganya dengan menarik gerobak, anehnya dengan santai ditemani sebatang rokok bapak itu terlihat seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Sepertinya pekerjaan itu sangat disenanginya, padahal itu hal yang anomali dalam kehidupan manusia, siapa yang mau berangkat kerja disepertiga malam apalagi dengan bayaran yang tidak dapat mebuat hidupnya mesti tercukupi.
Jadi teringat dengan seorang pemulung yang berkerja tidak tau siang tidak tau malam, meski hujan tetap tidak ada toleransi bagi dirinya tetap saja mereka berjalan kesana-sini mencari sesuatu yang bisa menghidupi dirinya. Bagaimana mereka terus bertambah setiap waktunya bukankah negeri ini sudah mengalami kemajuan dalam hal ekonomi?.
Kembali lagi disepertiga malam, terlalu banyak kejadian-kejadian yan terus menggeluti negeri ini padahal orang-orang yang menjadi pejabat tinggi sudah banyak sekali, dimana letak kesalahan yang sebenarnya. Apakah pejabat tinggi yang kurang mengabdi pada negeri?, atau mereka yang dibawah tidak mau mengubah diri untuk hidup lebih Makmur lagi?.
Terjadi hutang diberbagai sudut negeri..
Posting Komentar